Klasifikasi Iklim - Poin 100
Keberadaan internet membuat siapa saja bisa mengakses berbagai informasi, maka tidak heran belakangan ini banyak sekali betebaran situs-situs yang membahas mengenai Klasifikasi Iklim. Hal ini sangat logis mengingat di era pandemi ini, masyarakat kita lebih sering melakukan proses belajar mengajar secara daring. Baiklah sudah cukup basa-basinya, yuk langsung masuk ke pembahasan saja.
Penjelasan Lengkap Klasifikasi Iklim
Klasifikasi iklim adalah suatu guna mengidentifikasi serta mencirikan perbedaan iklim yang ada di dalam bumi. Akibat dari adanya perbedaan latitudo (posisi relatif pada khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, serta keadaan topografi, sebuah tempat mempunyai kekhasan iklim.
Contohnya saja di negara Indonesia, dimana negara ini dalam setahun dapat merasakan 2 musim berbeda yakni musim kemarau serta musim hujan.
Namun di negara Korea Selatan dalam setahun, kalian dapat merasakan 4 musim yang berbeda. Sebab negara ini mempunyai iklim subtropis dimana kalian dapat merasakan musim semi, musim gugur, musim panas, serta musim dingin.
Namun perlu kalian ketahui, klasifikasi iklim yang ada di dunia itu terdapat beberapa macam. Informasi selengkapnya simak ulasan di bawah ini.
Faktor Penentu Iklim
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi iklim (faktor tersebut sama dengan faktor yang mempengaruhi cuaca), antara lain:
- Matahari
- Suhu
- Topografi
- Tekanan Udara
- Angin
- Badan Air
- Perawanan
Tujuan Klasifikasi Iklim
Secara umum, klasifikasi iklim dibuat supaya para ahli bisa lebih mudah untuk mengelompokan berbagai iklim yang terdapat di dunia.
Tak hanya itu, dengan cara melakukan kategorisasi serta klasifikasi iklim, maka para ahli juga bisa dengan mudah untuk mengkomunikasikan hasil dari penelitian mereka pada masyarakat luas.
Hal tersebut juga memiliki tujuan supaya para petani serta nelayan tau dimana musim panen nya sering kali dikontrol oleh musim serta pola iklim yang berlaku.
Iklim merupakan suatu pola cuaca rata – rata yang berlangsung untuk waktu yang relatif lebih lama serta meliputi wilayah yang luas.
Secara umum, klasifikasi iklim yang paling sederhana serta berlaku secara global ialah iklim fisis serta iklim matahari.
Kedua klasifikasi tersebut dipengaruhi dengan matahari dan juga faktor fisik lingkungan.
Namun lebih lengkapnya, terdapat lima klasifikasi iklim yang dipakai secara global, yaitu iklim:
- Matahari
- Koppen
- Junghuhn
- Schmidt-Ferguson
- Oldeman
Iklim mempunyai rentang waktu yang lama serta wilayah yang luas, sehingga dapat dikenali serta dikelompokkan dengan sangat mudah.
Klasifikasi tersebut emang memiliki fungsi serta manfaatnya masing – masing, sehingga bukan dengan sengaja dibuat menjadi banyak.
Di bawah ini akan kita bahas seluruhnya mengenai klasifikasi tipe iklim di atas. Simak baik – baik ya.
Klasifikasi Tipe Iklim
1. Klasifikasi Iklim Matahari
Iklim matahari adalah suatu klasifikasi iklim yang menghitung antara paparan sinar matahari yang diterima sebuah wilayah di dalam kurun waktu tertentu.
Klasifikasi tersebut akan membagi zona iklimnya sesuai pada letak geografis lintangnya.
Semakin menuju utara serta selatan sebuah wilayah, maka akan semakin sedikit paparan mataharinya. Sementara semakin menuju tengah (khatulistiwa), maka akan semakin tinggi juga paparan mataharinya.
Melihat diagram yang di atas yang diterbiktkan oleh Waryono tahun 1987, ada 4 klasifikasi iklim matahari, antara lain:
a. Iklim Tropis
Iklim jenis ini terletak disekitar khatulistiwa serta dibatasi dengan adanya garis lintang 23,5′ LU Tropic of Cancer dan juga 23,5′ LS Tropic of Capricorn.
Kawasan satu ini adalah satu – satunya kawasan di bumi yang mendapatkan paparan sinar matahari tepat diatas kepala atau lurus 90′.
Pada kawasan ini pula, suhu rata – rata harian termasuk tinggi, bahkan bisa mencapai angka 30’C.
Hal tersebut berlangsung sebab adanya paparan sinar matahari yang sangatlah intens.
Walaupun suhu rata – ratanya sangat tinggi, amplitudo (perbedaan) suhu tahunannya tak terlalu tinggi. Hal tersebut berlangsung sebab paparan matahari yang lumayan konstan sehingga kawasan ini terasa hangat.
Wilayah satu ini juga sering kali mengalami lebih banyak hujan serta perawanan daripada kawasan lain di dunia berkat adanya kawasan konvergensi antar tropik.
Contoh daerah dengan iklim tropis (Julius Silver):
- Vaitape di French Polynesia.
b. Iklim Sub Tropis
Iklim sub tropis mencangkup lintang 23,5 sampai lintang 40 utara serta selatan.
Jenis iklim satu ini ditandai dengan adanya 4 musim di dalam setahun yakni musim panas, semi, dingin, serta musim gugur.
Berikut adalah beberapa negara yang termasuk daerah subtropis, antara lain:
- Sebagian besar wilayah Amerika Serikat bagian selatan (Argentina dan Chile bagian selatan) serta sekitarnya.
- Beberapa bagian Eropa kecuali Skandinavia (Norwegia, Swedia, Islandia, Finlandia) serta Eropa Utara.
- Afrika Utara serta wilayah sekitar Afrika Selatan.
- Asia Tengah, Timur, dan Barat.
- Australia.
- Amalfi Coast di Italia
Iklim sub tropis mempunyai ciri unik berupa adanya musim panas yang hangat serta musim dingin yang tak terlalu dingin.
Jenis iklim satu ini pada umumnya terbagi ke dalam dua jenis, yakni subtropis basah serta mediterranean.
Di dalam iklim subtropis basah, curah hujan yang tinggi berlangsung ketika musim panas, sementara untuk iklim mediterranean, curah hujan yang tinggi berlangsung ketika musim dingin.
c. Iklim Sedang
Iklim sedang terbentang dari arah lintang 40′ (atau 35 pada beberapa sumber) sampai lintang 66.5′ di bagian selatan serta utara.
Kebanyakan penduduk yang ada di belahan bumi utara tinggal di kawasan iklim sedang, seperti Eropa serta Amerika Utara.
Hal tersebut berlangsung sebab distribusi lahan yang luas pada lintang sedang serta iklim yang tak terlalu buruk di dalam kehidupan.
Di dalam zona iklim jenis ini, telah mulai dijumpai adanya hutan gugur, konifer, serta padang stepa. Tetapi sangat jarang dijumpai tundra / taiga sebab suhu yang belum cukup dingin.
Contoh vegetasi iklim sedang (valis):
- Hutan gugur.
d. Iklim Dingin
Iklim dingin pada umumnya berlangsung di kawasan yang dekat dengan kutub, baik itu kutub utara ataupun kutub selatan.
Secara umum, iklim dingin berlangsung di dalam wilayah antara 66.5′ sampai 90′ lintang utara ataupun lintang selatan.
Pada kawasan dengan iklim yang dingin, musim dingin akan terjadi cukup lama serta musim panas akan terjadi dengan cepat.
Tak hanya itu, malam hari pada area ini juga akan lebih lama daripada siang hari, kadang kali akan berlangsung fenomena midnight sun pada beberapa wilayah.
Di dalam iklim ini, udara yang ada juga cenderung kering serta tanah yang membeku.
Apabila lebih detail lagi, ada dua klasifikasi iklim dingin yakni iklim kutub serta iklim tundra.
Contoh wilayah beriklim dingin:
- Daerah Tundra
- Antartika
- Artik
- Kanada Utara
- Rusia Utara
- dan Skandinavia bagian Utara.
2. Klasifikasi Iklim Koppen
Iklim Koppen adalah pengelompokkan iklim yang dilihat dari rata – rata curah hujan serta temperatur. Metode satu ini diprakarsai oleh Wladimir Koppen asal Jerman di tahun 1900- an.
Klasifikasi iklim jenis ini terbagi ke dalam 5 tipe berbeda, dimana pada setiap tipe memakai huruf sebagai simbolnya.
Curah hujan serta temperatur yang dimanfaatkan sebagai acuan sebab merupakan salah satu faktor dari penentu iklim. Persebaran dari vegetasi dijadikan sebagai acuan sebab merupakan dampak langsung dari iklim tersebut.
Cara Membaca Klasifikasi Iklim Koppen
Guna mempermudah penafsiran kode iklim yang dipakai oleh Koppen, berikut ini adalah tabel klasifikasi dari iklim Koppen, antara lain:
Klasifikasi iklim Koppen di atas merupakan klasifikasi yang sangat detail. Bahkan sebetulnya dari tiap – tiap iklim yang 2 huruf, masih terdapat pembagiannya lagi menjadi 3 huruf.
Contohnya Cs dapat dibagi lagi menjadi 2, yakni Csa serta Csb.
3. Klasifikasi Iklim Junghuhn
Iklim Junghuhn adalah sebuah klasifikasi iklim yang dilihat dari ketinggian serta vegetasi di area tertentu.
Junghuhn sendiri adalah nama dari seorang ahli botani serta geolog yang berasal dari Belanda – Jerman.
Di tahun 1840an, Junghuhn tersebut pergi menuju pulau Jawa guna meneliti terkait tanaman apa saja yang mungkin dapat ditanam oleh pemerintah kolonial Belanda.
Berdasarkan dari penelitiannya itu, Junghuhn menjumpai adanya hubungan yang lumayan erat antara ketinggian sebuah wilayah dengan tanaman yang bisa dibudidayakan terhadap wilayah tersebut.
Mengutip dari risetnya itu, Junghuhn kemudian mengeluarkan asumsi jika ada 4 zona budidaya tanaman di dalam pulau Jawa.
Keempat zona tersebut diantaranya ialah sebagai berikut:
Keterangan:
a. Zona Panas
Menurut Junghuhn, zona panas mulai dari ketinggian 0 sampai 600 m di atas permukaan laut. Rata – rata suhu di dalam zona satu ini ialah 22 sampai 26,3 derajat celsius.
Sebab suhu udara yang ada di dalam zona ini relatif lebih panas daripada zona lainnya, maka tak seluruh tanaman bisa ditanam di kawasan ini.
Tanaman yang bisa ditanam di dalam zona panas diantaranya seperti:
- Jagung
- padi
- tembakau
- kopi
- karet
- tebu
- kelapa
- serta tanaman coklat.
b. Zona Sedang
Menurut pendapat Junghuhn, zona iklim sedang berada diantara ketinggian 600 m sampai 1500 m diatas permukaan laut.
Zona satu ini pada umumnya mempunyai suhu antara 17,1 sampai 22 derajat celsius. Suhu di dalam zona ini lebih dingin daripada zona panas, sehingga berbagai jenis tanaman yang bisa ditanam pun jenisnya berbeda.
Tanaman yang bisa ditanam di dalam zona sedang diantaranya seperti:
- Padi
- tembakau
- teh
- kopi
- coklat
- kina
- serta sayur – sayuran (sawi, kol, selada, bayam, serta jenis sayur yang lainnya).
c. Zona Sejuk
Zona iklim sejuk berada diantara ketinggian 1500 m sampai 2500 m diatas permukaan laut.
Suhu udara yang ada di dalam zona sejuk berkisar diantara 11 sampai 17 derajat celsius. Sebab suhu yang telah termasuk lumayan dingin di wilayah ini, tak banyak tumbuhan yang bisa tumbuh dengan subur.
Tanaman yang bisa ditanam di dalam zona sejuk diantaranya seperti:
- Teh
- kopi
- kina
- dan sayur – sayuran.
Tak hanya itu saja, pada zona sejuk juga pada umumnya ditanami dengan pohon kayu seperti jati mahoni (mahogany) dan juga pinus.
Contoh wilayah yang masuk kedalam zona iklim sejuk ialah Lembang, Bandung, serta Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah.
e. Zona Dingin
Zona dingin merupakan zona iklim tertinggi yang ada di dalam klasifikasi Junghuhn.
Seluruh kawasan yang mempunyai ketinggian di atas 2500 m termasuk ke dalam bagian zona iklim dingin.
Di dalam zona iklim dingin ini, suhu udara yang bisa dirasakan berkisar antara 6,2 sampai 11 derajat celcius.
Sebab suhu yang sangat dingin tersebut, sangat sulit untuk tanaman bisa hidup di wilayah ini.
Mayoritas tanaman yang bisa tumbuh di wilayah seperti ini adalah:
- Lumut.
- tanaman kayu (jati dan pinus)
- serta semak belukar seperti yang kerap ditemukan di kawasan pegunungan.
f. Zona Iklim Salju Tropis
Berada di atas ketinggian lebih dari 4.000 meter dari permukaan laut yang mana pada daerah ini tidak terdapat tumbuhan hidup.
Apakah Iklim Junghuhn dapat digunakan pada negara lain?
Sebab adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi iklim junghuhn, maka jawabannya tidak semudah itu dapat digunakan oleh negara lain.
Seperti yang telah kalian pelajari sebelumnya jika ada iklim fisis serta iklim matahari yang dapat mempengaruhi iklim dunia.
Maka dari itu, ketinggian 1000 m di negara Indonesia belum tentu sama dengan ketinggian 1000 m yang ada di Ethiopia.
Serta ketinggian 2000 m di negara Indonesia belum tentu sama dengan ketinggian 2000 m yang ada di negara Norwegia.
Bahkan, ketinggian 1000 m yang ada di Pulau Jawa, tempat Junghuhn meneliti, belum tentu sama dengan ketinggian 1000 m pada Pulau Papua maupun Pulau Kalimantan.
Sehingga, jawabannya kemungkinan besar tidak bisa. Iklim Junghuhn saja sulit untuk dipakai pada pulau lain selain pulau Jawa, apalagi pada negara lain.
4. Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson
Iklim Schmidt – Ferguson adalah klasifikasi iklim yang dilihat dari curah hujan.
Schmidt serta Ferguson sendiri mengembangkan sistem klasifikasi iklim di tahun 1950 sebab mereka merasa jika sistem yang terdapat di kala itu tidak representatif pada keadaan iklim yang ada di negara Indonesia.
Sistem klasifikasi iklim yang populer pada waktu itu ialah Koppen serta Thornthwaite.
Tetapi, kedua sistem tersebut dirasa kurang cocok untuk negara Indonesia, khususnya di dalam menilai bulan basah serta kering.
Kriteria Iklim Schmidt-Ferguson
Di dalam mengerjakan klasifikasi iklim, dikenal adanya 3 jenis bulan, yakni bulan basah, kering, serta bulan lembab.
Keterangan:
- Bulan basah: Curah hujan > 100 mm/ bulan
- Bulan lembab: Curah hujan 60 – 100 mm/ bulan
- Bulan kering: Curah hujan < 60mm/ bulan
Dilihat dari klasifikasi yang ada di atas, dihitung dari nilai Q dari suatu wilayah, yakni nilai banyaknya bulan kering dibagi dengan banyaknya bulan basah.
Q = (Bulan Kering / Bulan Basah) x 100%
Dari perhitungan nilai Q, maka kalian bisa mengetahui keadaan iklim dalam suatu wilayah.
Dilihat dari nilai Q nya, suatu wilayah bisa dikelompokan kedalam tipe – tipe berikut ini:
5. Klasifikasi Iklim Oldeman
Iklim Oldeman adalah klasifikasi iklim yang memakai curah hujan juga sebagai acuannya.
Oldeman ini mengklasifikasikan iklim sebuah wilayah dilihat dari jumlah bulan basah maupun bulan kering yang berturut – turut.
Tak hanya itu, iklim oldeman juga pada umumnya dikaitkan dengan zonasi komoditas.
Sebab mempunyai hubungan yang erat dengan pola penanaman komoditas, iklim oldeman ini juga sering kali disebut dengan iklim agroklimat.
a. Kriteria Iklim Oldeman
Di dalam iklim oldeman, kalian akan mengenal 3 jenis bulan, yakni bulan basah, kering, serta bulan lembab.
Keterangan:
- Bulan basah: Curah hujan > 200 mm/ bulan
- Bulan kering: Curah hujan < 100 mm/ bulan
- Bulan lembab: Curah hujan = 100 sampai 200 mm/ bulan
b. Tipe Iklim dalam Klasifikasi Oldeman
Tipe iklim yang ada di klasifikasi Oldeman terdapat dua tipe, yakin tipe utama serta sub-tipe.
Tipe utama ditandai dengan adanya huruf, sementara pada sub tipe ditandai dengan adanya angka.
- Iklim A: Bulan basah berturut – turut > 9 kali
- Iklim B: Bulan basah berturut – turut 7 – 9 kali
- Iklim C: Bulan basah berturut – turut 5 – 6 kali
- Iklim D: Bulan basah berturut – turut 3 – 4 kali
- Iklim E: Bulan basah berturut – turut < 3 kali
- 1: Bulan kering <= 1 kali
- 2: Bulan kering 2-3 kali
- 3: Bulan kering 4-6 kali
- 4: Bulan kering > 6 kali
c. Zona Agroklimat Oldeman
Iklim Oldeman ini memiliki peran yang sangat penting di dalam menentukan musim tanam komoditas, khususnya padi.
Seperti yang telah diterangkan di atas, klasifikasi iklim Oldeman sangat erat hubungannya dengan pertanian.
Berikut ini merupakan klasifikasi zona pertanian jika dilihat dari iklim Oldeman, antara lain:
- A1, A2: Sesuai pada penanaman padi yang terus menerus tetapi produktivitas sedikit rendah sebab adanya sinar matahari yang lebih sedikit.
- B1: Sesuai pada penanaman padi yang dilakukan secara terus – menerus.
- B2: Tanam padi dua kali setahun, tetapi varietas umur yang pendek.
- C1: Tanam padi sekali serta palawija dua kali setahun.
- C2, C3, C4: Tanam padi sekali serta palawija dua kali setahun. Tetapi untuk penanaman palawija harus hati -hati sebab bertepatan dengan bulan kering atau musim kemarau.
- D1: Panen tanaman padi berumur pendek satu kali sebab kerapatan sinar matahari tinggi
- D2, D3, D4: Memungkinkan guna satu kali menanam padi serta satu kali menanam palawija, tergantung pada irigasi.
- E: Wilayah kering serta tandus, tanaman palawija belum tentu bisa tumbuh di kawasan ini.
6. Klasifikasi Iklim Lainnya
Selain kelima klasifikasi global yang ada di atas, ada juga dua klasifikasi iklim lainnya yang dikenal, yaitu:
a. Klasifikasi Iklim Mohr
Klasifikasi iklim Mohr hampir menyerupai klasifikasi Oldeman yang ada di atas. Hanya saja pada Mohr mempunyai patokan yang berbeda terkait tipe iklim daripada Oldeman.
b. Klasifikasi Iklim Fisis
Klasifikasi iklim fisis adalah cabang klasifikasi iklim yang menerangkan jika iklim yang berbeda – beda tergantung pada lokasinya serta keadaan bentang alamnya.
Pada iklim fisis, ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi keadaan iklim sebuah wilayah, yakni:
- Air
- Topografi
- Angin
Keterangan:
- Keberadaan air dapat memisahkan iklim fisis menjadi dua bagian, yakni kontinental serta maritim.
- Kedua klasifikasi iklim jenis ini mempunyai perbedaan di dalam suhu rata – ratanya dan juga amplitudo suhu harian serta tahunannya.
- Keadaan topografi akan memisahkan iklim fisis menjadi dua yakni iklim dataran rendah serta iklim dataran tinggi. Kondisi topografi inilah yang dibahas lebih lanjut pada Junghuhn di dalam klasifikasi iklimnya.
- Keberadaan angin juga akan mempengaruhi keadaan iklim sebuah wilayah. Angin muson akan membuat iklim muson, angin pasat akan membuat el-nino serta la-nina, sementara angin fohn akan membuat pemanasan lokal di kawasan gunung.
1. Iklim Kontinental
Mayoritas kawasan Rusia didominasi dengan iklim kontinental.
Iklim kontinental sendiri adalah sebutan untuk kawasan yang lebih dipengaruhi dengan efek daratan daripada efek lautan.
Daerah yang memiliki iklim kontinental pada umumnya mempunyai beberapa sifat sebagai berikut:
- Curah hujan lebih sedikit.
- Amplitudo suhu harian besar.
- Pada daerah 4 musim, amplitudo suhu tahunan akan tinggi.
Amplitudo suhu harian serta tahunan yang termasuk tinggi tersebut dikarenakan adanya sifat daratan yang mudah untuk menyerap serta mengeluarkan panas.
Curah hujan yang sedikit tersebut dikarenakan adanya laju penguapan yang rendah serta jarak yang jauh dari arah badan air.
Tetapi, hal tersebut tak berlaku untuk hutan hujan tropis, seperti Kalimantan maupun Amazon yang ada di Brazil.
Kedua daerah itu mempunyai microclimate nya tersendiri sebab adanya transpirasi yang sangat besar dari pepohonan yang ada disekitarnya.
Maka dari itu, siklus air yang ada pada wilayah – wilayah itu jauh berbeda dengan wilayah lain pada umumnya.
2. Iklim Samudera / Maritim
Daerah pantai seperti yang ada di Florida serta Rio de Janeiro dipengaruhi dengan iklim maritim.
Iklim maritim sendiri adalah istilah untuk zona yang lebih dipengaruhi dengan adanya kedekatannya dengan laut daripada dengan faktor lainnya.
Beda halnya dengan iklim kontinental, iklim maritim mempunyai beberapa sifat sebagai berikut:
- Amplitudo suhu harian yang rendah.
- Pada kawasan dengan 4 musim, amplitudo suhu tahunan rendah.
- Ada banyak awan.
- Kerap kali terjadi hujan.
- Pergantian antar musim berlangsung secara perlahan (gradual).
Amplitudo suhu harian serta tahunan termasuk rendah sebab adanya efek dari badan air sebagai regulator suhu.
Hal tersebut juga yang menimbulkan adanya pergantian antar musim yang dampaknya tak terjadi secara mendadak, tetapi secara perlahan.
Awan yang banyak dikarenakan adanya penguapan yang tinggi dari badan air yang ada di dekat kawasan beriklim maritim.
Penguapan serta perawanan yang banyak tersebut membuat hujan akan sering terjadi.
3. Iklim Dataran Tinggi / Gunung
Gunung Matterhorn yang ada di Swiss Alps adalah salah satu contoh kawasan dengan iklim Dataran Tinggi.
Iklim jenis ini pada umumnya akan berlangsung di kawasan pegunungan maupun dataran tinggi seperti Pegunungan Alpen, Bolivia, Tibet, atau Peru.
Iklim dataran tinggi mempunyai beberapa karakteristik khas sebagai berikut:
- Udara pada umumnya akan lebih kering serta dingin daripada udara di dataran rendah.
- Ada zona bayangan hujan sebab dari efek fohn.
- Terkadang adanya turun salju (snowline) apabila telah melalui ketinggian tertentu.
Udara yang lebih kering serta dingin tersebut dikarenakan adanya pendinginan udara adiabatik pada saat udara naik dari ketinggian rendah ke arah ketinggian yang tinggi.
Zona bayangan hujan yang dikarenakan adanya angin fohn menimbulkan kawasan daerah pada iklim jenis ini terbagi menjadi dua, yakni zona yang sangat basah serta zona yang sangat kering.
Contoh dari fenomena jenis ini terjadi di kawasan India Utara.
4. Iklim Muson
Iklim muson adalah sebutan untuk wilayah yang dipengaruhi dengan adanya efek angin muson.
Contoh daerah yang terdampak dengan angin muson seperti Australia, Asia Tenggara, India, serta pesisir timur Afrika (Indian Ocean Dipole Mode)
Iklim muson pun mempunyai beberapa ciri khas sebagai berikut:
- Setengah tahun akan bertiup angin yang menimbulkan hujan.
- Pada waktu setengah tahun akan bertiup angin yang menyebabkan terjadinya kemarau.
Angin yang menimbulkan hujan pada umumnya berasal dari laut sehingga akan membawa banyak uap air.
Sementara untuk angin yang menimbulkan kemarau pada umumnya akan melalui banyak pegunungan, gurun, maupun dataran sehingga tak mempunyai banyak uap air.
The post Klasifikasi Iklim appeared first on Tuliskan.
ARTIKEL PILIHAN PEMBACA :
Comments
Post a Comment