Break Even Point - Poin 100

Break Even Point - Sejauh ini mungkin ada diantara kita yang belum tahu tentang "Break Even Point?" Namun tak perlu berkecil hati, karena di era sekarang sangat mudah untuk mencari informasi apa saja, buktinya Anda menemukan situs Poin 100 ini. Tentu Anda tidak secara kebetulan tiba-tiba berada di situs ini bukan? Kami yakin demikian adanya.

Bisa jadi beberapa waktu lalu Anda mengetik kata 'Break Even Point' di google dan menemukan situs ini berada di urutan atas pencarian Anda. Untuk itu kami ucapakan selamat datang di situs poin100. blogspot. com yang merupakan situs yang berisi berbagai informasi terkait pendidikan, pengetahuan, materi pelajaran, tips n trik, tutorial dan banyak lagi lainnya. Nah kami sudah merangkum informasi terkait Break Even Point, yuk langsung disimak saja.

Pembahasan Lengkap Break Even Point

Selamat datang di Dosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Break Even Point? Mungkin anda pernah mendengar kata Break Even Point? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, pengertian menurut para ahli, komponen, manfaat, rumus, unsur, asumsi, dampak dan contoh. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.

Break Even Point: Pengertian, Komponen, Manfaat dan Contoh Soal BEP

Pengertian Break Even Point

Break Even Point ialah poin lunas di mana situasi sebagian penghasilan dan anggaran sama ataupun sebanding sehingga tidak diperoleh laba maupun rugi dalam suatu perusahaan ataupun industri. Break Even Point ini diperankan untuk menguraikan estimasi sepanjang mana banyaknya sebagian bagian yang pembuatan atau sebesar apa uang yang harus diperoleh untuk menghasilkan poin lunas ataupun modal kembali.


Pengertian Break Even Point Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah beberapa pengertian break even point menurut para ahli yaitu:

1. Menurut Mulyadi (1993, 230)

Adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba yang dengan kata lain labanya sama dengan nol.


2. Menurut Matz, Usry, dan Hammer (1991, p. 202)

Merupakan suatu analisa yang digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan agar semua biaya yang terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi, yang mana analisa tersebut dapat menunjukkan suatu titik dimana perusahaan tidak memperoleh laba ataupun menderita rugi.


3. Menurut Rony (1990, p. 358)

Merupakan sarana bagi manajemen untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian.


4. Menurut Bambang Riyanto

Adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh karena analisa tersebut mempelajari hubungan antara biaya – keuntungan – volume, maka analisa tersebut sering juga disebut ‘cost-profit volume analysis (CPV analysis)’, (1982: 290)”.


Komponen Break Even Point

Berikut ini terdapat 3 komponen dari BEP, yakni sebagai berikut:

  • Fixed Cost

Fixed Cost ialah anggaran yang stabil ataupun pasti apabila terdapat kegiatan pembuatan ataupun tidak dibuat oleh perusahan maupun industri.


  • Variabel Cost

Variabel Cost ialah anggaran per bagian yang bawaannya statis terkait dari kegiatan kapasitas pembuatannya. Apabila pembuatan yang diagendakan berkembang, berarti variabel cost tentu akan berkembang.


  • Selling Price

Selling Price ialah tarif jual per bagian barang maupun jasa yang sudah dibuatkan.


Manfaat Break Even Point

Berikut ini terdapat beberapa manfaat dari BEP, yakni sebagai berikut:

  1. Untuk memahami beberapa pemasaran paling sedikit yang tentu distabilkan perusahaan biar tidak mengakibatkan kerugian.
  2. Untuk memahami beberapa pemasaran yang tentu didapat untuk mencapai nilai laba tertentu.
  3. Untuk memahami jumlah jauh menurunnya pemasaran biar perusahaan tidak menerima kerugian.
  4. Untuk memahami dengan jalan apa dampak transformasi niali jual, anggaran dan kapasitan penjualan.
  5. Untuk mengambil keputusan pembaharuan produk yang dibutuhkan untuk menggapai beberapa keuntungan yang ditargetkan.

Rumus Break Even Point

Berikut ini terdapat 2 rumus dari BEP, antara lain:

1. Rumus BEP per unit

BEP = FC /(P-VC)

2. Rumus BEP per penjualan

FC/ (1 – (VC/P))*

Penjelasannya:

BEP: Break Even Point

FC: Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC: Variabel Cost (Biaya Variabel)

P: Price per unit (Harga per unit)

S: Sales Volume (Kapsitas Penjualan)


Unsur-Unsur Break Even Point

Analisa unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu biaya, volume, harga jual serta laba itu sendiri. Pengertian biaya dan beban di dalam bahasa Indonesia belum dibedakan dengan tepat. Seringkali istilah cost digunakan secara sinonim dengan istilah expense. Mulyadi (1986:4) membedakan pengertian antara cost dan expense sebagai berikut: “cost adalah bagian dari harga perolehan tahun harga beli aktiva yang ditunda pembebannya atau belum dimanfaatkan dalam hubungannya dengan realisasi penghasilan”. Sedang expense adalah cost yang dikorbankan di dalam usaha memperoleh penghasilan. Yang dimaksud dengan volume yang terdapat dalam analisa Break Even Point adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.

Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa kepada konsumen dalam setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual bersih atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yang digunakan dalam analisa Break Even Point adalah harga jual bersih yang terlepas dari berbagai macam potongan. Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini berasal dari penghasilan setelah dikurangi biaya. Alwi (1994:267) menyatakan: “Variabel-variabel yang membentuk Break Even Point adalah harga jual dan biaya (biaya tetap dan biaya variabel)”. Kedua variabel tersebut saling terkait antara satu dengan lainnya, perubahaan salah satu dari variabel yang dimaksud mengakibatkan perubahan besarnya titik Break Even Point.

1. Harga Jual

Pengertian harga jual menurut Kotler (1994:474) adalah sebagai berikut: “Price is what the seller feels it is worth, in terms of money to the buyer.” Di mana pengertiannya adalah harga bagi penjual merupakan suatu nilai dalam uang yang ditawarkan pada pembeli. Kesimpulan dari pengertian di atas bahwa harga yang dibayar oleh pembeli sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual, serta penjual juga menginginkan sejumlah keuntungan dari harga tersebut.
Tujuan penetapan harga menurut Kotler (1994:491-493) adalah:
  • Survival
  • Maximum current profit
  • Maximum current revenue
  • Maximum sales growth
  • Maximum market skimming
  • Product quality leadership.
Penetapan harga jual pada suatu produk amatlah penting, kesalahan dalam penetapan harga akan berakibat fatal bagi segi keuangan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha. Ada beberapa metode yang biasanya digunakan dalam menetapkan harga menurut Kotler (1994:498-506), yaitu:

1. Cost Based Pricing

  1. Mark up pricing (cost plus pricing) : adalah penetapan harga jual dengan menambah tingkat keuntungan pada biaya-biaya yang telah dibebankan pada barang.
  2. Target profit pricing : adalah penetapan harga jual yang didasarkan atas permintaan.

2. Buyer based pricing

  • Penetapan harga jual berdasarkan nilai / citra yang dirasakan konsumen terhadap produk.

3. Competition based pricing

  • Going rate pricing : adalah penetapan harga jual berdasarkan harga yang ditetapkan oleh pesaing.
  • Sealed – bid pricing : adalah penetapan harga jual dalam situasi dimana perusahaan bersaing dengan cara menetapkan harga jual yang lebih rendah dari harga yang ditetapkan pesaing.
Alwi (1994:234) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada umumnya adalah kumpulan dari biaya produksi, biaya penjualan dan biaya lain-lain di tambah dengan sejumlah keuntungan yang diinginkan produsen yang ditawarkan kepada konsumen. Sedang masing-masing biaya tersebut mempunyai berbagai karakter yang berbeda antara biaya yang satu dengan yang lain. Seperti halnya biaya tetap mempunyai karakteristik yang berbeda dengan biaya variabel.

2. Biaya 

Menurut Alwi (1994:44) menyatakan biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis. Sumber ekonomis yang dimaksudkan adalah suatu sumber yang memiliki adanya sifat kelangkaan (scarcity).

3. Klasifikasi Biaya

Masing-masing biaya mempunyai perbedaan antara biaya yang satu dengan biaya lainnya. Masing-masing perbedaan tersebut juga tergantung dari sudut pandangnya masing-masing. Namun terkait dengan Break Even Point klasifikasi dari biaya yang dimaksudkan yaitu berdasarkan sifatnya. Halim (1995:52) menyatakan bahwa: “Biaya berdasarkan sifatnya terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel”.
  • Biaya tetap

Menurut Alwi (1994:110) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang tidak terpengaruh dengan volume produksi. Atau dengan kata lain, turun naiknya volume produksi tidak mempengaruhi besarnya biaya yang dimaksudkan. Untuk itu karakteristik biaya tetap adalah sebagai berikut:
  1. Jumlahnya tetap dalam suatu periode
  2. Biaya tetap per unit berbanding terbalik dengan jumlah produksi, dalam arti semakin besar jumlah produksi maka biaya tetap per unit semakin kecil demikian juga berlaku sebaliknya.

  • Biaya Variabel

Alwi (1994:112) menyatakan biaya variabel merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tergantung volume produksi, semakin besar volume produksi akan diikuti dengan melonjaknya biaya tersebut dan demikian juga sebaliknya. Dengan demikian karakteristik biaya variabel antara lain:
  • Jumlahnya berfluktuasi berdasarkan volume produksi
  • Biaya variabel per unit relatif tetap seiring dengan bertambahnya volume produksi, tetapi secara keseluruhan total biaya variabel berbanding lurus dengan jumlah produksi, dimana semakin besar total biaya variabel jumlah produksi semakin besar pula.

  • Biaya Semi Variabel

Alwi (1994:114) menyatakan bahwa biaya semi variabel yaitu biaya yang merupakan kombinasi antara biaya tetap dan biaya variabel. Seperti halnya upah karyawan yang didalamnya termasuk upah tetap dan intensif karyawan.

Asumsi-Asumsi Dasar Analisa Break Even Point

Beberapa asumsi yang berpengaruh dalam analisa break even menurut Mulyadi (1993, p. 259) adalah sebagai berikut :

  1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
  2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
  3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
  4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
  5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
  6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
  7. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
  8. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya

Dampak Analisas Break Even Point

Berikut ini adalah dampak Perubahan dari Beberapa Faktor dalam Analisa Break Even Point Menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Manajemen (1993, 259): yaitu:

  • Suatu perubahan dalam biaya variabel akan mengakibatkan perubahan dalam contribution margin dan impas.
  • Suatu perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada contribution margin dan impas.
  • Angka laba kontribusi hanya akan dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variabel dan harga jual.
  • Suatu perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada impas tapi tidak mempengaruhi laba kontribusi.
  • Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variabel pada arah yang sama akan menyebabkan perubahan tajam terhadap impas.

Contoh Soal Break Even Point

Berikut ini contoh dari soal BEP, yakni sebagai berikut:

Diketahui:

Total Fixed Cost (FC) bernilai Rp 100 juta

Total Variabel Cost (VC) per unit bernilai Rp 70 ribu

Price per unit bernilai Rp 90 ribu

Penghitungan Break Even Point Unit

BEP = FC/ (P – VC)

BEP = 100.000.000/ (80.000 – 60.000)

BEP = 5000

Penghitungan Break Even Point Penjualan

BEP = FC/ (1 – (VC/P))

BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000))

BEP = Rp 400.000.000

Dari uraian perhitungan diatas, perusahaan bisa mendapati keuntungan yang hendak didapat menurut besarnya pemasaran minimum. Berikut rumus menghitung sasaran keuntungan, antara lain:

BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)

Total Fixed Cost (FC) bernilai Rp 100 juta

Total Variabel Cost (VC) per unit bernilai Rp 70 ribu

Price per unit bernilai Rp 90 ribu

Sasaran laba keuntungan Rp 60 juta per bulan

BEP – keuntungan = (FC + Target Laba) / (P – VC)

BEP – keuntungan = (100.000.000 + 60.000.000) / (90.000 – 70.000)

BEP – keuntungan = 160.000.000 / 20.000

BEP – keuntungan = 8.000 unit

BEP – keuntungan = Rp. 720.000.000 (diperoleh dari: 8.000 unit x Rp 90.000)


Demikian Penjelasan Materi Tentang Break Even Point: Pengertian, Pengertian Menurut Para Ahli, Komponen, Manfaat, Rumus, Unsur, Asumsi, Dampak dan Contoh Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.

The post Break Even Point first appeared on PAKDOSEN.CO.ID.

ARTIKEL PILIHAN PEMBACA :
Memuat...

Ketika Anda membaca kalimat ini, berarti Anda sudah sampai dibagian akhir dari pembahasan tentang Break Even Point - Poin 100. Besar harapan kami ulasan yang kami sampaikan diatas bisa menjadi sarana pembelajaran untuk kita semua, terutama untuk Anda yang memang sedang mencarinya. Tak lupa kami sampaikan banyak terima kasih karena sudah berkunjung ke situs poin100. blogspot. com dan membaca hingga selesai. Salam santun dan sampai ketemu di artikel selanjutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Download Video Youtube - Poin 100

Cara Mengubah Video Menjadi MP3 - Poin 100

Contoh Berita Acara - Poin 100