Tari Kuda Lumping: Asal, Properti, Keunikan (Lengkap) - Poin 100
Keberadaan internet membuat siapa saja bisa mengakses berbagai informasi, maka tidak heran belakangan ini banyak sekali betebaran situs-situs yang membahas mengenai Tari Kuda Lumping: Asal, Properti, Keunikan (Lengkap). Hal ini sangat logis mengingat di era pandemi ini, masyarakat kita lebih sering melakukan proses belajar mengajar secara daring. Baiklah sudah cukup basa-basinya, yuk langsung masuk ke pembahasan saja.
Penjelasan Lengkap Tari Kuda Lumping: Asal, Properti, Keunikan (Lengkap)
Tari kuda lumping merupakan kesenian Indonesia yang cukup populer. Kesenian tari ini mengandung adat, budaya dan suku bangsa yang terdapat dalam kesatuan Ibu Pertiwi. Keunikan tarian ini yang paling menonjol adalah bagian kesurupan, namun tetap berada di bawah pengendali seorang pawang.
Tarian ini juga sering disebut sebagai Jathilan yang mempunyai ciri khas dimainkan oleh sekelompok orang yang menari menggunakan properti kuda. Tarian yang berasal dari Jawa ini menggunakan properti yang dirancang khusus untuk para penari.
Sejarah Tari Kuda Lumping
Asal mula munculnya tarian ini berasal dari Jawa Timur namun jika membahas tentang sejarah dari seni tari ini masih dikatakan kurang jelas atau simpang siur. Hal inilah yang membuat cerita sejarah yang beredar di masyarakat cukup beragam. Berikut beberapa versi sejarahnya.
- Kuda lumping sudah ada sejak zaman primitif dimana umumnya tarian tersebut digunakan dalam upacara adat atau ritual yang sifatnya magis. Pada awalnya, properti yang digunakan cukup sederhana namun berubah seiring perkembangan zaman.
- Kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dari dukungan penuh dari rakyat jelata terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro serta pasukan kudanya dalam melawan dan mengusir para penjajah.
- Kuda lumping menjadi gambaran atas perjuangan Raden Patah dan Sunan Kalijaga serta pasukannya dalam upaya mengusir para penjajah.
- Kuda lumping menggambarkan proses latihan yang dilakukan oleh pasukan perang Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono I dalam upaya menghadapi Belanda.
- Kuda lumping bercerita tentang seorang raja yang memiliki kekuatan sangat sakti yang berada di tanah Jawa.
Asal Daerah Tari Kuda Lumping
Kesenian kuda lumping berasal dari daerah Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Seni tari ini menunjukkan gerakan sekelompok prajurit yang sedang menaiki kuda. Semua properti yang digunakan sebagian besar terbuat dari kayu termasuk kuda.
Tarian tradisional ini juga dikenal dengan jaran kepang. Properti utama dalam pertunjukan seni ini adalah kuda yang dibuat dari nyaman dan dihiasi oleh kain berwarna. Dalam ceritanya, penari bukan hanya berkuda. Namun pertunjukan akan semakin menarik karena adanya unsur mistis.
Penari akan unjuk keterampilan kekebalan tubuh seperti makan beling, dicambuk dan lain sebagainya. Gerakan ini ditunjukan berkaitan dengan kepercayaan terhadap unsur gaib. Umumnya kuda lumping menjadi salah satu bagian dalam pertunjukan tari reog.
Tarian ini sudah sangat populer dan sering dinantikan oleh para penonton. Bukan hanya di Indonesia, tarian tradisional ini juga sudah terkenal di luar negeri.
Baca: Tarian Daerah
Properti Tari Kuda Lumping
Dalam pertunjukannya, kuda lumping menggunakan beberapa alat pendukung. Perlengkapan yang digunakan identik dengan anyaman bambu yang dibentuk menjadi tunggangan mirip seperti kuda. Penari akan menaiki kuda sambil melakukan aksi akrobatik. Inilah beberapa properti yang digunakan.
1. Celana Panjang
Celana panjang yang digunakan penari kuda lumping posisinya sedikit menggantung, yaitu berada di atas mata kaki.
Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan penari saat bergerak sehingga terkesan lincah. Bagian atasnya setara pinggul akan dilapisi dengan selendang yang biasanya bercorak batik.
2. Gelang
Gelang digunakan sebagai aksesori penghias. Motif gelang yang digunakan umumnya cukup bermacam-macam, namun yang sering digunakan adalah berwarna kuning keemasan. Gelang digunakan oleh penari wanita maupun pria saat pementasan sedang berlangsung.
3. Bambu
Dalam kuda lumping, bambu merupakan alat yang penting dalam pertunjukan. Nantinya bambu akan dianyam dan dibentuk seperti kuda. Hasil anyaman tersebut akan menjadi tunggangan para penari saat melakukan aksinya.
Saat ini kuda yang digunakan sebagai alat pertunjukan bukan hanya terbuat dari bambu saja, namun juga bisa dibuat dari bahan plastik sehingga dapat menghemat biaya.
4. Sesumping
Sesumping merupakan hiasan yang digunakan pada telinga penari. Tidak semua penari harus memakai alat properti ini.
Warna keemasan yang dipancarkan dari sesumping akan memancarkan kilauan cahaya. Bentuk alat ini mirip seperti yang digunakan dalam pertunjukan wayang orang.
5. Kaos Kaki
Kaos kaki bisa dikatakan sebagai alat tambahan. Hal tersebut terjadi karena properti ini tidak wajib dikenakan. Namun beberapa kelompok penari tetap menggunakannya sebagai penghias tambahan dan untuk menghindari bahaya yang terjadi di luar kendali.
6. Rompi
Rompi digunakan sebagai lapisan antara kaos bagian dalam dengan Apok. Rompi hanya harus digunakan oleh penari wanita saja. Motif yang digunakan oleh setiap Paguyuban beranekaragam. Hal tersebut menyesuaikan dengan ciri khas dan keinginan daerah masing-masing.
7. Ikat Kepala
Ikat kepala adalah properti tambahan yang sifatnya tidak wajib sehingga bisa dipakai bisa tidak. Warna ikat kepala yang digunakan akan disesuaikan dengan keseluruhan warna kostum sehingga terlihat selaras.
Setiap kelompok tari akan menggunakan ikat kepala yang berbeda, terlebih saat harus tampil bersamaan.
8. Apok
Apok merupakan lapisan penutup bagian akhir setelah baju dalam dan rompi. Bentuknya sangat unik dan dibuat secara khusus. Apol dilambangkan sebagai simbol keperkasaan dan kegagahan penari pria. Apok diletakkan pada bagian dada hingga menjalar ke bagian belakang.
9. Baju
Baju atasan yang digunakan oleh para penari bentuknya cukup beragam. Namun yang paling umum digunakan adalah bentuk kemeja dan kaos yang berwarna cerah. Baju atasan akan dilapisi dengan rompi dan Apok.
10. Penutup Kepala
Penutup kepala merupakan properti yang digunakan oleh para penari wanita. Properti ini merupakan simbol pelindung kepala yang digunakan oleh para pasukan wanita yang pergi berjuang ke medan perang.
Meskipun umumnya digunakan oleh penari wanita, namun bukan berarti penari pria tidak boleh menggunakannya.
11. Selendang
Selendang digunakan sebagai sabuk hias yang berfungsi sebagai pengikat sekaligus hiasan tambahan. Untuk kriterianya, setiap Paguyuban bisa saja berbeda, baik dari segi warna, corak, hingga motif. Hal tersebut bisa disesuaikan dengan ciri khas masing-masing.
12. Parang Imitasi
Properti ini digunakan untuk menunjukkan simbol perlawanan rakyat pada zaman dahulu terhadap penjajah. Umumnya properti ini dibuat dari bahan kayu yang dihiasi oleh cat.
Kombinasi cat yang digunakan membuat properti ini terlihat asli. Gerakan penari saat menggunakan parang terlihat sedang berada di medan perang.
13. Kacamata Gelap
Bukan seperti biasa kacamata hitam digunakan untuk mengatasi matahari. Namun properti ini berfungsi untuk menutupi gerak gerik penari agar tidak terlihat.
Ketika pementasan, mata penari akan berubah ketika mengalami kesurupan. Agar penonton bisa tetap menikmati pertunjukan dan tidak ketakutan melihatnya sehingga ditutupi oleh kacamata.
14. Sabuk Hias
Sabuk hias berfungsi sebagai pengikat untuk menguatkan seluruh bagian kostum yang digunakan. Properti ini juga digunakan sebagai ikat pinggang.
Warna yang digunakan umumnya sudah dikonfirmasi dengan tata busana yang digunakan sehingga terlihat indah dan selaras. Umumnya sabuk hias yang digunakan berwarna dominan hitam.
15. Cambuk
Cambuk dikenal juga sebagai Cemeti. Hampir semua penari akan menggunakan cambuk masing-masing saat proses pertunjukan berjalan. Terdapat 1 atau 2 cambuk yang memiliki panjang hingga 2 meter.
Cambuk sifatnya khusus dan jika dilepaskan ke permukaan akan mengeluarkan suara yang keras dan nyaring. Properti ini akan menjadi daya tarik tersendiri karena mampu menarik perhatian para penonton.
Baca: Tari Merak
Fungsi Tari Kuda Lumping
Keunikan kuda lumping membuat seni tari ini terlihat menarik dan populer di kalangan masyarakat. Banyak penonton yang merasa penasaran dengan unsur mistis dan kebudayaan yang ditampilkan dalam seni budaya tersebut.
Setiap tarian daerah mengusung beberapa fungsi penting didalamnya yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-sehari, terutama bagi masyarak at sebagai makhluk sosial. Simak beberapa fungsinya sebagai berikut.
1. Bidang Kepercayaan
Menurut kepercayaan beberapa daerah, meyakini adanya alam gaib benar-benar ada. Dalam pementasan kuda lumping hal tersebut dapat terlihat jelas dan menjadi ciri khas utamanya. Hal ini jugalah yang membedakan jenis tarian ini dengan tarian lainnya.
2. Bidang Pendidikan
Pementasan kuda lumping menggambarkan watak manusia yang terdiri dari baik dan buruk. Banyak nilai serta norma yang disalurkan pada pementasan tarian ini.
Dengan adanya pertunjukan ini, penari mampu mengajak manusia untuk bisa terus berbuat baik, selagi masih memiliki akal yang sehat.
3. Bidang Sosial
Kuda lumping merupakan jenis tarian yang dimainkan secara komplit, mulai dengan adanya pawang, penari, hingga musik pengiring.
Agar bisa menciptakan penampilan yang maksimal, seluruh elemen harus bekerjasama dengan baik. Jika salah satunya lalai atau melakukan kesalahan, maka hasilnya mungkin tidak akan maksimal.
4. Bidang Hiburan
Pertunjukan kesenian kuda lumping yang ada di berbagai daerah bisa dijadikan sebagai sarana hiburan bagi banyak orang. Adanya klimaks pada pertunjukan membuat antusias penonton akan semakin besar dalam menikmati setiap pertunjukan yang disajikan.
Makna Tari Kuda Lumping
Kuda lumping merupakan pertunjukan yang mengusung unsur mistis di dalamnya. Perpaduan antara alam gaib dan nyaman menjadi salah satu hal yang paling menonjol dan membuat penonton terkagum. Atraksi yang ditunjukan diluar kemampuan manusia secara sadar sehingga membuat tercengang.
Kuda lumping umumnya ditampilkan dalam acara khusus seperti perayaan hari besar, pesta pernikahan, dan lain sebagainya. Bagian supernatural dalam pertunjukkan yang sering ditampilkan adalah ketika para penari memamerkan aksi mengunyah kaca, berjalan di atas beling, dan lainnya.
Uniknya, penari melakukan semua hal tersebut dalam keadaan kesurupan. Namun dibalik ciri khas dan unsur yang tidak biasa, kuda lumping dipentaskan dengan memiliki beberapa makna sebagai berikut.
1. Menggambarkan Watak Manusia
Meskipun didalam tarian ini terkandung unsur mistis dan magis, namun hal tersebut memiliki makna yang terkandung didalamnya seperti mengaplikasikan sifat dan sikap manusia selama berada di dunia seperti ada yang bersifat baik dan jahat.
Hal tersebut dapat terlihat jelas saat permulaan pertunjukkan yaitu ketika penari yang menarikan tarian dengan anggun dan lembut. Namun ketika sesaat roh gaib masuk, maka sikap dan sifat penari langsung berubah menjadi liar, beringas, dan sulit untuk dikontrol.
2. Kepercayaan Tentang Alam Gaib
Karakteristik utama dalam seni tarian ini adalah memadukan unsur alam nyata dengan gaib. Dalam tarian ini, para penari membuktikan kepada penonton bahwa Alam Gaib bukanlah hanya sebatas cerita saja namun memang benar ada keberadaannya.
Hal tersebut dibuktikan ketika penari bisa kesurupan sepenuhnya tanpa ada kesadaran. Selain itu, keberanian yang dilakukan para penari dalam melakukan atraksi yang diluar kemampuan manusia biasa tidak dapat dilakukan tanpa adanya bantuan makhluk halus atas izin Allah SWT.
Baca: Tari Legong
Keunikan Tari Kuda Lumping
Keunikan kuda lumping terdapat pada penggunaan properti berbentuk kuda yang terbuat dari bambu. Tarian ini terasa sangat menawan dengan adanya iringan nyanyian sinden dan mempunyai gerakan yang halus dan lembut.
Selain itu terdapat unsur mistis yang membuat seni tari ini terlihat unik. Umumnya pertunjukan mistis yang lakukan seperti penari yang mengalami kesurupan, kemudian melakukan atraksi unjuk kekuatan dengan memperlihatkan kekebalan tubuhnya.
Musik Pengiring Tari Kuda Lumping
Hampir semua tarian tradisional menggunakan alat musik pengiring untuk melengkapi gerakan tari mulai dari pembukaan hingga penutup. Namun ada juga beberapa yang tidak menggunakannya. Kuda lumping sendiri menggunakan beberapa alat musik sebagai pengiring.
Seiring perkembangannya, tarian ini menggunakan kreasi baru yang menggunakan alat musik tambahan untuk membuat suara iringan tari terasa lebih kental akan budaya. Gamelan merupakan alat musik utama dalam sebuah tarian. Simak penjelasan singkat komponen alat gamelan tersebut di bawah ini.
1. Bonang
Bonang dikenal juga dengan sebutan Kening. Secara fisik, bentuknya tidak berbeda jauh dengan Gong, hanya saja ukurannya jauh lebih kecil. Ukuran bonang sekitar sebesar piring makan.
Letaknya pun berbeda, jika Gong umumnya digantung secara vertikal sedangkan Bonang diletakkan secara datar atau horizontal.
Bonang dibuat dari bahan perunggu atau besi dengan kayu sebagai pemukul yang terbuat dari munggur. Pada berbagai tarian dan budaya Minang, bend aini disebut dengan Talempong.
2. Kendang
Kendang atau gendang merupakan alat musik wajib dalam kesenian kuda lumping. Jika tidak ada kendang maka iringan musik untuk kuda lumping terasa kurang lengkap, minimal terdapat dua jenis kendang yang digunakan, yaitu Kendang Bem (Gedug) dan Kendang Sabet.
Suara gendang cukup dominan sehingga mampu memberikan kesempurnaan bagi iringan musik. Alat musik ini bisa menjadi ketukan bagi penari untuk membuat penampilan yang menarik.
3. Gong
Gong merupakan alat musik yang terbuat dari perunggu atau besi. Bentuknya melingkar dan diameter yang beragam.
Di bagian tengahnya terdapat sebuah lingkaran yang akan menonjol ke depan hampir mirip dengan belahan batok kelapa yang menjadi pusat untuk menghasilkan bunyi saat dipukul. Bunyi yang dihasilkan berdengung.
Jenis gong yang dibutuhkan antara lain Gong Suwukan dan Gong Kempul. Keduanya jenis Gong ini wajib ada dan dibutuhkan dalam pementasan kuda lumping.
4. Saron
Saron terbuat dari bahan kuningan, perunggu, atau besi. Bentuk alat ini berbentuk persegi panjang dan pipih, serta diletakkan secara horizontal. Suara yang dihasilkan oleh alat ini mirip dengan lonceng tapi ini berdering.
Jenis Saron yang dipakai diantaranya adalah Saron Pelog dan Saron Slendro. Untuk jumlah bilah, Saron dengan Laras Pelog umumnya memiliki 7 bilah, sedangkan untuk Saron Laras Slendro memiliki 7 bilang, namun ada juga yang memiliki 9 hingga 12 bilah.
Selain beberapa alat yang sudah disebutkan, beberapa peralatan musik lainnya seperti terompet, bende, dan seruling bisa ditambahkan. Alat musik tersebut bisa dijadikan sebagai alternatif untuk dapat menyesuaikan dengan penampilan dan pertimbangan lainnya.
Baca: Macam-Macam Pola Lantai
Pola Lantai Tari Kuda Lumping
Jenis pola lantai yang digunakan dalam setiap penampilan kuda lumping berupa gabungan dari pola lengkung sederhana dengan pola lantai lurus. Pola lantai dijadikan sebagai patokan posisi bagi penari saat melakukan penampilan. Berikut beberapa pola yang dihasilkan.
- Garis lurus ke depan.
- Pola melingkar.
- Pola lantai garis horizontal.
Kesenian tari kuda lumping mengandung berbagai pesona serta keunikan. Hal inilah yang membuat tarian ini semakin menarik. Ini merupakan kebudayaan bangsa yang harus terus dilestarikan dan dijaga. Dengan begitu seni budaya ini akan semakin dikenal.
The post Tari Kuda Lumping: Asal, Properti, Keunikan (Lengkap) appeared first on Yuksinau.
ARTIKEL PILIHAN PEMBACA :
Comments
Post a Comment